Link Untuk download Pembahasan
PENTINGNYA PEMBELAJARAN
BERBASIS PROYEK
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Evaluasi Pendidikan Teknik
Yang dibina oleh Bapak Drs. Slamet Wibawanto, M.T
Oleh
Tri Setiyo Utomo
110534406855
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
TEKNIK ELEKTRO
APRIL 2013
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B.
Masalah atau Topik
Bahasan......................................................... 2
C.
Tujuan.............................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Model Pembelajaran Berbasis Proyek.................................. 3
B. Landasan Pembelajaran berbasis proyek.................................... 3
C. Karakteristik dan Prinsip-prinsip
Pembelajaran berbasis proyek..................................................... 5
D. Prosedur Pembelajaran berbasis proyek..................................... 6
E. Komponen-Komponen dalam mendesain
Pembelajaran berbasis proyek.................................................... 7
F. Keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis proyek..... 9
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................
10
B. Saran..............................................................................................
10
DAFTAR
RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai
tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Menurt UGD (
Undang-Undang Guru dan Dosen ) Guru adalah pendidik professional dengan tugas
utama : 1. Mendidik, 2. Mengajar, 3. Membimbing, 4. Melatih, 5. Menilai, 6.
Mengevaluasi. Pendidikan atau pembelajaran kejuruan dilaksanakan berbasis
kompetensi dan berbasis proyek, perangkat pembelajaran dikembangkan berdasarkan
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik selain kompetensi yang harus
dikuasi oleh peserta didik petingnya dihasilkan suatu produk yang nantinya akan
bermanfaat bagi masyarakat dan peserta didik tentunya juga harus diperhatikan.
Ada dua pendekatan
dalam strategi pembajaran yaitu pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan
pendekatan berbasis produk, pendekatan berbasis kempetensi hanya mementingkan
ketercapaian yang akan dicapai peserta didik, mengenai produk yang dihasilkan
tidak begitu diperhatikan sehingga untuk produk yang dihasilakan kurang bermanfaat,
dan masalah ini dapat dikurangi dengan adanya pembelajaran berbasis produk,
dimana pembelajaran ini selain memperhatikan ketercapaian kompetensi juga
memperhatikan produk yang dihasilkan, untuk bisa dimanfaatkan oleh peserta
didik dan masyarakat tentunya.
Oleh karena itu perlunya
diketahui, dipahami, dan dikembangkan oleh guru Pembelajaran Berbasis Proyek
yang cocok diterapkan di SMK, dimana SMK memiliki tujuan menciptakan lulusan
yang siap kerja. Sehingganya Lulusan selain kompeten juga memiliki produk yang
nantinya bisa dikembangkan sendiri untuk kemudian dijual.
B.
Masalah
atau Topik Bahasan
Masalah atau Topik Bahasan yang
akan dibahas diantaranya adalah :
1. Apakah
pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based
learning) ?
2. Apakah Landasan Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning)
?
3. Bagaimana Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis proyek (Project- based
learning) ?
4. Bagaimana
Prosedur Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning)
dijalankan ?
5. Apa saja Komponen-Komponen dalam mendesain Pembelajaran berbasis royek
(Project-based
learning) ?
6. Apakah Keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis proyek
(Project-based learning)
?
C.
Tujuan
Dengan adanya masalah dan topic
bahasan maka akan ada Tujuan, tujuan tersebut adalah :
1. Untuk
mengetahui definisi dari Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based learning).
2. Untuk
mengetahui Landasan Pembelajaran berbasis proyek (Project-based
learning).
3. Untuk mengetahui Bagaimana Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis proyek (Project-
based learning).
4. Untuk
mengetahui Bagaimana Prosedur Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning)
dijalankan.
5. Untuk mengetahui Komponen-Komponen dalam mendesain Pembelajaran berbasis royek
(Project-based
learning).
6. Untuk mengetahui Keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis proyek
(Project-based learning).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based learning)
Dalam beberapa literatur, istilah PBL merujuk pada penggunaan konsep
Project-based learning atau
Pembelajaran Berbasis Proyek. Istilah
lain yang bisa
dirujuk adalah Problem-Based
Learning atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Dalam kajian ini, PBL merefleksikan pada konsep yang pertama. Hal ini tidak berarti konsep yang pertama adalah yang paling benar, akan tetapi untuk lebih fokus kepada pembahasan konsep itu sendiri.
Jadi, PBL adalah Project-based learning atau Pembelajaran berbasi proyek.
PBL merupakan metode
pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata.
Project-based
learning dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan
siswa dalam melakukan
investigasi dan
memahaminya.
Project-based learning
adalah sebuah
model pengelolaan pembelajaran
seputar proyek.
(Project-based learning) adalah
sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Thomas, Mergendoller, & Michaelson,1999).
Fokus pembelajaran
terletak
pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip
inti
dari suatu disiplin studi,
melibatkan
siswa dalam
investigasi pemecahan masalah
dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang
lain,
memberi
kesempatan siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi pengetahuan
mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata
(Thomas, 2000).
B.
Landasan Pembelajaran berbasis proyek (Project-based
learning)
Seiring
dengan tuntutan perubahan atau reformasi terhadap pendidikan, proses belajar mengajar (PBM) yang
dilakukan di ruang kelas (sekolah) sebagai ujung tombak pendidikan perlu disesuaikan. Penyesuaian tersebut di antaranya adalah perubahan pendekatan. Secara garis besar Killen (1998) mencatat ada
dua pendekatan yang
umum dibahas oleh para ahli pendidikan, yaitu pendekatan berpusat pada guru (teacher centered) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered).
Pembelajaran Berbasis Proyek atau Belajar Berbasis Proyek
adalah pendekatan pembelajaran yang merangkum sejumlah ide-ide pembelajaran,
yang didukung oleh teori-teori dan penelitian substansial. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model pembelajaran yang didukung oleh atau berpijak pada teori
belajar konstruktivistik. Hal
ini berdasarkan pendapat Henze dan Nejdl (1998) yang menyatakan, “Project-based instruction follows
a constructivist approach to
learning”. Hal senada juga disampaikan oleh Ravitz (2010), “PBL is a
constructivist-based instructional
approach that
is
desined to support
more
engaged learning. Tidak
jauh dari kedua pendapat tersebut, Menurut Lang (2010),
“ … PBL environment is built
upon
the thrust
of
constructivist theoritical
framwork on how people learn…”
Prinsip kontekstualisasi
yang menjadi karakteristik penting dalam
Pembelajaran Berbasis Proyek. Prinsip
ini diturunkan dari ide
dasar teori belajar konstruktivistik. Para konstruktivis mengatakan bahwa belajar adalah proses aktif
membangun realitas
dari pengalaman belajar. Kegiatan
menemukan
merupakan bagian inti dari
kegiatan kontekstual (Nurhadi, 2003). Singkatnya,
pembelajaran perlu otentik. Seperti telah
diuraikan di bagian depan, Pembelajaran Berbasis Proyek adalah salah satu model pembelajaran yang berlatar dunia otentik atau kontekstual.
Oleh karenanya, pembelajaran ini mengakomodir sebagian besar
sejumlah ide-ide pembelajaran, yang didukung oleh teori-teori dan penelitian substansial sebagaimana telah dijelaskan di tasa. sehingga model pembelajaran ini sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam pembelajaran yang
menginginkan
keaktifan siswa. Hasan (2011)
menilai bahwa model pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan untuk mengembangkan belajar aktif jenjang
“autonoumous”. Semetara model
pembelajaran cooperative, experential, transpformative, dan
ICARE adalah
model pembelajaran untuk belajar aktif tingkat dasar.
Problem base
learning dan guideing inquiry dapat
digunakan
untuk
belajar tingkat lanjutan
(Hasan 2011). Model belajar aktif
tingkat dasar
dan tingkat lanjutan tersebut dapat
diakomodir dalam pembelajaran berbasis proyek. Segala
manfaat dari
kelebihan pembelajaran-pembelajaran tersebut dapat dirasakan pada
pembelajaran berbasis
proyek.
C. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran berbasis proyek (Project- based
learning)
a.
Karakteristik Pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning)
Berdasarkan beberapa definisi Project-based learning yang telah
diuraikan di atas, Karakterisik Project-based learning dapat
ditemukan.
Definisi yang
banyak mengandung karakteristik tersebut seperti yang diuraikan oleh BIE [On-line] dan
Autodesk Foundation [On-line].
Menurut BIE
[online] Karakteristik Project-based learning terdiri dari :
o Students
make decisions
within
a prescribed framework.
o There’s
a problem or challenge without
a predetermined solution.
o Students
design the process for
reaching a solution.
o Students are responsible for accessing and managing the information
they gather.
o Evaluation
takes
place continuously.
o Students
regularly reflect on
what they’re doing.
o A final product (not necessarily material) is produced and is evaluated for quality.
o The classroom
has an atmosphere that tolerates
error and change.
Karakteristik Project-based learning menurut BIE [online] ini memposisikan siswa sebagai pemain utama
dalam pembelajaran. Siswa aktif dalam hal membuat keputusan, merancang
solusi, bertanggung
jawab mencari dan mengelola informasi, dan merefleksikan apa yang
mereka lakukan. Selain
itu,
ada masalah atau tantangan tanpa solusi yang telah ditetapkan sebelumnya,
evaluasi berlangsung
terus menerus, dan adanya produk akhir, serta ruang kelas
memiliki suasana yang mentolerir
kesalahan dan
perubahan.
b.
Prinsip-prinsip
Pembelajaran
berbasis proyek
(Project-based learning)
Sebuah kajian
tentang research on
Project-based
learning, Thomas (2000) menguraikan lima kriteria pokok dari suatu pembelajaran berproyek
termasuk Pembelajaran Berbasis Proyek. Kriteria ini bukan
merupakan definisi
dari Project-based
learning, tetapi didesain untuk menjawab pertanyaan
“apa yang
harus dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai Pembelajaran Berbasis Proyek”. Lima kriteria itu adalah keterpusatan (centrality),
berfokus pada
pertanyaan atau masalah (driving
question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau
desain,
otonomi siswa
(autonomy),
dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini dapat dijadikan
sebagai prinsip-prinsip Project-based learning.
D.
Prosedur Pembelajaran berbasis proyek (Project-based
learning)
Ada beberapa situs [On-line] yang menawarkan langkah-langkah dalam mendesain pembelajaran. Di antaranya BIE dan The George Lucas Foundation. BIE
menyebut langkah-langkah ini dengan prinsip desain pembelajaran. Menurut BIE [Online] langkah-langkah dalam Project-based learning, yakni, terdiri dari lima langkah, seperti
terlihat dalam gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. Langkah
Pengembangan
Project menurut BIE
[online]
Pada gambar di atas, terlihat bahwa langkah-langkah pengembangan project yang ditawarkan oleh
BIE [online] adalah
:
1). Begin with the end
in mind
2). Craft the driving
question
3). Plan the Assessment
4). Map the project
5.
Manage the prosess
E.
Komponen-Komponen dalam mendesain Pembelajaran berbasis proyek
(Project-based learning)
Langkah-langkah
Pengembangan pembelajaran
berbasis proyek melibatkan enam komponen utama seperti yang dikembangkan oleh Adria Steinberg (1997) yang diberi nama The Six A’s of Designing Projects. The Six
A’s
merupakan daftar fitur yang
kuat dan berkualitas tinggi yang
ada
dalam kelas yang menggunakan
proyek.
Banyak guru di Amerika
menggunakan faktor The Six A’s sebagai suatu pengecekan kualitas selama
proses desain proyek. The
Six A’s of Designing Projects tersebut, yaitu 1). Autenticity
(keautentikan), 2). Academic
Rigor (ketaatan terhadap nilai akademik), 3).
Applied learning (belajar
pada dunia nyata),
4). Active
Exploration
(aktif
peneliti), 5). Adult
relationship (hubungan dengan pakar), dan 6). Assessment (penilaian).
1). Autenticity (keautentikan)
Ciri-ciri
proyek yang menampilkan
Keautentikan, yaitu
:
Mengatasi masalah atau pertanyaan yang memiliki arti bagi siswa.
Melibatkan masalah
atau
pertanyaan
sebenarnya ditangani
oleh
orang
dewasa
di tempat kerja atau
di masyarakat.
Meminta siswa untuk menghasilkan sesuatu
yang memiliki nilai pribadi
dan / atau sosial di
luar
kelas.
2). Academic Rigor (ketaatan terhadap nilai akademik)
Ciri-ciri
proyek yang melibatkan
ketaatan Akademis :
Siswa diarahkan untuk menguasai dan
menerapkan standar
konten
dan
berpusat pada pengetahuan
untuk satu disiplin atau
lebih.
Tantangan siswa untuk menggunakan metode
berpusat pada penyelidikan
untuk satu disiplin atau lebih (misalnya, untuk berpikir
seperti seorang sejarawan, ilmuwan, dll).
Meminta siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
habit of mind
(kebiasaan berpikir) (misalnya,
mencari
bukti,
mengambil perspektif yang berbeda).
3). Adult relationship (hubungan
dengan pakar)
Proyek-proyek yang fitur atau
ciri-ciri adult connections:
Memungkinkan
siswa untuk bertemu dan mengamati orang dewasa dengan
keahlian dan pengalaman yang relevan.
Beri siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan sedikitnya satu orang
dewasa.
Mintalah orang dewasa untuk berkolaborasi pada desain dan penilaian dari
karya siswa.
4). Active Exploration (aktif
meneliti),
Proyek-proyek yang menampilkan eksplorasi aktif
:
Mintalah siswa untuk menghabiskan waktu yang cukup untuk melakukan pekerjaan berbasis lapangan.
Meminta siswa untuk terlibat dalam penyelidikan nyata,
dengan
menggunakan berbagai metode,
media,
dan sumber-sumber.
Mengharapkan siswa untuk mengkomunikasikan apa yang mereka pelajari melalui pameran formal.
5). Applied learning (belajar pada dunia nyata)
Proyek-proyek yang menampilkan Applied learning :
Libatkan pembelajaran yang terjadi dalam konteks masalah semi-
terstruktur, didasarkan
pada
isu-isu dan suasana dunia nyata.
Memimpin siswa untuk
memperoleh dan menggunakan kompetensi yang diharapkan dalam organisasi kerja
berkinerja tinggi (misalnya, kerja
sama
tim, pemecahan masalah, dan
komunikasi).
Meminta siswa untuk
mengembangkan organisasi
dan keterampilan pengelolaan diri.
6). Assessment (penilaian).
Proyek-proyek yang menampilkan penilaian
praktek yang sangat baik:
Mintalah siswa
untuk
secara teratur
merenungkan
cara belajar
mereka
dengan menggunakan kriteria proyek yang
jelas. Kriteria tersebut sedapat
mungkin melibatkan mereka dalam
pembuatannya.
Libatkan orang dewasa dari luar kelas untuk mengevaluasi pekerjaan siswa dan
membantu siswa mengembangkan
kesan standar
real-world.
Memberikan
kesempatan
untuk
menilai
pekerjaan
siswa yang
sedang
berlangsung melalui berbagai metode, termasuk
pameran
dan portofolio.
F.
Keunggulan dan kelemahan pembelajaran berbasis proyek
Dari uraian
di
atas mencerminkan
keunggulan yang dimiliki oleh model pembelajaran
berbasis proyek,
hal
ini dipertegas
dengan pernyataan
Marx,
Blumenfeld,
Krajcik, and Soloway (1997).
Marx, Blumenfeld, Krajcik, and Soloway (1997) stated four benefits;
firstly students develop deep, integrated understanding of content and process. Secondly, students learn to work together to solve problems. Collaboration
involves sharing ideas to find answers to questions.
In order to succeed in the
real world, students need to know how to work
with
people from different backgrounds. Thirdly, this approach promotes responsibility and independent learning. As a final benefit, this approach actively
engages students
in various
types of
tasks, thereby meeting
the learning needs of many different
students.
Selain
memiliki keunggulan penerapan dari model pembelajaran berbasis proyek ini juga harus diwaspadai bahwa peserta didik menjadi merasa asing atau bingung
dengan kegiatan pembelajaran yang dialaminya. Hal ini
mengingat perubahan yang drastis dari metode dan strategi yang digunakan
oleh guru. Papanikolaou dan Boubouka (2010) memberikan pernyataan
:
Papanikolaou dan Boubouka (2010) menegaskan banyak siswa pemula
dalam
menggunakan model pembelajaran
berbasis proyek sering memperlihatkan tidak adanya atau kurangnya pengatahuan awal yang
dimilikinya, sedangkan
tidak adanya pengalaman
dan
kurangnya
keterampilan metakognitif dalam memecahkan
masalah, seperti perencanaan dan motivasi
diri sendiri, sekaligus
sebagai hasana strategi pembelajaran yang
diperlukan dalam keterlibatan (proses) belajar mandiri. Lebih Lanjut
Papanikolaou dan Boubouka
(2010) mengatakan meskipun kekuatan PBL
tampaknya terletak dalam memberikan
siswa
kesempatan dan
motivasi untuk bekerja dalam
cara yang
bermakna
secara personal menuju "solusi,"
beberapa peneliti mengamati siswa pemula kurang dalam melaksanakan berbagai kegiatan
dalam PBL, yang
mengacu
pada keterampilan belajar
mandiri dan metakognitif pengetahuan (Bereiter & Scardamalia, 1993;
Hannafin & Land, 1997;
McLoughlin & Hollingworth,2001;
Schank &
Cleave, 1995; Thomas,
2000).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Project-based learning
adalah sebuah
model pengelolaan pembelajaran
seputar proyek.
(Project-based learning) adalah
sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks
Model
belajar aktif tingkat dasar dan tingkat lanjutan dapat diakomodir dalam pembelajaran berbasis proyek. Segala manfaat dari
kelebihan pembelajaran-pembelajaran dapat dirasakan pada pembelajaran berbasis
proyek.
Langkah-langkah pengembangan project adalah : (1). Begin with the end
in mind (2). Craft the driving question (3). Plan the Assessment
(4). Map the project (5). Manage the prosess
Keunggulan Pembelajaran berbasis Proyek adalah,
(1). Siswa mengembangkan
mendalam, pemahaman yang
terintegrasi dari isi dan proses. (2). Siswa belajar untuk bekerja sama untuk
memecahkan masalah. Kolaborasi
melibatkan berbagi ide untuk menemukan jawaban atas pertanyaan. (3). Pendekatan
ini mempromosikan
tanggung jawab dan belajar mandiri.
(4). Pendekatan ini secara aktif melibatkan para siswa dalam berbagai jenis
tugas, sehingga memenuhi kebutuhan belajar banyak siswa yang berbeda.
Dengan Model Pembelajaran Berbasis
Projek diharapkan dapat memberikan keunggulan/keahlian peserta didik di SMK
dalam hal membuat produk, dan diharapkan semua Guru SMK dapat memahami,
menerapkan dan mengembangkan Model Pembelajaran dengan baik, sehingga Tujuan pembelajaran
di SMK dapat terwujud.
DAFTAR RUJUKAN
Rusman. (2009). Model-model Pembelajaran, Bandung:
Mulia Mandiri Press.
Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran,
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta:
Rajawali Press.
Wikipedia.(2013). Model Pembelajaran Berbasis
Proyek: Wikipedia. [Online].Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaranberbasisproyek
[5 April 2013].
0 komentar:
Posting Komentar